Renungan:
Dalam Yosua 24:15, Yosua menyampaikan pesan yang mendalam kepada bangsa Israel, "Tetapi jika kamu menganggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; kepada allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau kepada allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"
Pernyataan ini bukan hanya sebuah deklarasi iman, tetapi juga sebuah komitmen yang menyatukan keluarga dalam ikatan rohani yang kokoh. Pilihan yang dihadapkan kepada bangsa Israel juga dihadapkan kepada kita saat ini, pilihan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pusat dari kehidupan keluarga kita.
Dalam konteks keluarga, pilihan ini bukan hanya tentang kepercayaan yang kita pegang, tetapi juga tentang nilai-nilai yang kita tanamkan dan wariskan kepada generasi berikutnya. Dari Yosua 24:15 terletak pada gagasan bahwa setiap keluarga adalah sebuah mikro-kosmos, sebuah dunia kecil di mana prinsip-prinsip besar kehidupan diterapkan dan diuji. Ketika sebuah keluarga memutuskan untuk beribadah kepada Tuhan, mereka memilih untuk menjalani hidup dengan panduan moral dan etika yang jelas, yang akan membentuk setiap aspek kehidupan mereka.
Yosua memahami bahwa pilihan untuk beribadah kepada Tuhan adalah pilihan yang harus dibuat setiap hari, dan pilihan ini akan menentukan arah hidup seluruh keluarga. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam harmoni dengan kehendak Tuhan, dan bukan dengan nilai-nilai dunia yang sering kali berubah-ubah dan tidak menentu.
Namun, pilihan ini tidaklah mudah. Dunia modern menawarkan berbagai "allah" baru, materialisme, kesuksesan, kebebasan tanpa batas, yang sering kali menarik perhatian kita jauh dari Tuhan. Sebagai keluarga, kita perlu terus-menerus mengingatkan diri bahwa pilihan untuk beribadah kepada Tuhan adalah pilihan yang melampaui keuntungan jangka pendek dan kenyamanan sementara. Ini adalah pilihan yang menjanjikan kedamaian sejati, kebahagiaan yang mendalam, dan warisan spiritual yang abadi.
Maka, renungkanlah, apakah kita telah membuat pilihan yang tepat untuk keluarga kita? Apakah kita dengan sadar memilih untuk menempatkan Tuhan di pusat kehidupan kita, atau kita membiarkan berbagai hal duniawi mengambil alih tempat-Nya? Mari, seperti Yosua, kita berkata dengan tegas, "Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan," dan biarlah ini menjadi komitmen yang kita jalani setiap hari, bersama-sama, sebagai keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar