Rabu, 14 Agustus 2024

KANON ALKITAB PL DAN PB




Proses sejarah pengkanonan Alkitab Kristen, baik Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB), merupakan perjalanan yang panjang dan kompleks, melibatkan keputusan-keputusan dari komunitas keagamaan selama berabad-abad. Berikut ini adalah penjelasan mengenai proses tersebut:

Pengkanonan Perjanjian Lama (PL)

  1. Tradisi Lisan dan Tulisan Awal:

    • Awalnya, tradisi Yahudi disampaikan secara lisan sebelum dicatat. Tulisan-tulisan awal mencakup hukum-hukum, sejarah, puisi, dan nubuat yang disusun oleh berbagai penulis di berbagai zaman.
  2. Kanon Yahudi:

    • Pada abad ke-5 SM, Ezra dan Nehemia mengumpulkan dan menyusun kembali kitab-kitab suci setelah kembali dari pembuangan Babel. Mereka memfokuskan pada Taurat (lima kitab Musa), yang menjadi inti dari kanon Yahudi.
    • Pada abad ke-2 SM, koleksi kitab-kitab suci ini mulai mengkristal menjadi tiga bagian utama: Taurat (Hukum), Nevi'im (Nabi-nabi), dan Ketuvim (Tulisan-tulisan), yang dikenal sebagai Tanakh.
  3. Septuaginta:

    • Pada abad ke-3 hingga ke-2 SM, komunitas Yahudi di Aleksandria, Mesir, menerjemahkan Tanakh ke dalam bahasa Yunani, yang dikenal sebagai Septuaginta (LXX). Terjemahan ini termasuk beberapa kitab tambahan yang tidak ada dalam kanon Yahudi Ibrani, tetapi digunakan oleh komunitas Yahudi di luar Palestina.

Pengkanonan Perjanjian Baru (PB)

  1. Tulisan-tulisan Awal:

    • Perjanjian Baru terdiri dari tulisan-tulisan yang dihasilkan pada abad pertama Masehi, seperti surat-surat Paulus (tahun 50-60 M), Injil (tahun 60-100 M), dan tulisan lainnya seperti Kisah Para Rasul, surat-surat umum, dan Kitab Wahyu.
  2. Penggunaan Liturgis dan Teologis:

    • Tulisan-tulisan ini mulai digunakan dalam ibadah gereja-gereja awal dan dianggap berwibawa. Pemimpin gereja mula-mula, seperti Ignatius dari Antiokhia dan Polikarpus, mengutip dan merujuk pada tulisan-tulisan ini sebagai otoritatif.
  3. Proses Seleksi:

    • Seiring berjalannya waktu, beberapa tulisan lain yang tidak termasuk dalam Perjanjian Baru juga beredar di gereja-gereja, seperti Injil Tomas dan Gnostik lainnya. Gereja harus menentukan mana yang dianggap otoritatif.
    • Kriteria seleksi termasuk keselarasan dengan ajaran para rasul, penggunaan luas di gereja, dan kesaksian rohani.
  4. Konsili dan Pengakuan:

    • Konsili Laodikia (363 M) dan Konsili Kartago (397 M) secara resmi mengakui kanon Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang.
    • Daftar-daftar kanon sebelumnya, seperti Muratorian Fragment (sekitar 170 M) dan tulisan-tulisan Bapa Gereja seperti Ireneus dan Origenes, juga membantu membentuk kanon.

Pengakuan Akhir

  1. Pengakuan Gereja Barat dan Timur:

    • Gereja Barat (Katolik) dan Gereja Timur (Ortodoks) akhirnya memiliki kanon yang serupa untuk PL dan PB, meskipun ada sedikit perbedaan, terutama dalam kitab-kitab Deuterokanonika (Apokrifa) yang diterima oleh Gereja Katolik tetapi tidak oleh banyak Protestan.
  2. Reformasi Protestan:

    • Pada abad ke-16, Reformasi Protestan dipimpin oleh tokoh seperti Martin Luther, yang mempertanyakan otoritas kitab-kitab Deuterokanonika. Ini mengarah pada kanon Protestan yang umumnya hanya mencakup kitab-kitab dalam Tanakh Ibrani untuk PL dan kanon PB yang sudah diterima sebelumnya.

Proses pengkanonan Alkitab ini menunjukkan bagaimana tradisi, penggunaan liturgis, dan keputusan teologis bersama-sama membentuk koleksi kitab-kitab suci yang diakui oleh berbagai cabang Kekristenan hingga saat ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makna dan istilah Pertobatan

Dalam Alkitab, pertobatan memiliki beberapa istilah dengan nuansa makna yang berbeda. Berikut adalah beberapa istilah utama yang digunakan: ...