Rabu, 14 Agustus 2024

PERPULUHAN KRISTEN DAN YAHUDI


Pandangan perpuluhan dalam Kristen

Berikut adalah penjelasan tentang sejarah, konteks, dan latar belakang perpuluhan:

Sejarah Perpuluhan

  1. Perjanjian Lama:

    • Awal Praktik Perpuluhan:
      • Kejadian 14:18-20: Perpuluhan pertama kali disebutkan ketika Abram (kemudian Abraham) memberikan sepersepuluh dari segala sesuatu yang diperolehnya dari peperangan kepada Melkisedek, raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi. Ini dianggap sebagai tindakan sukarela dari penghormatan dan pengakuan atas berkat Allah.
      • Kejadian 28:20-22: Yakub berjanji untuk memberikan sepersepuluh dari segala sesuatu yang diberikan Allah kepadanya jika Allah menyertainya dan melindunginya dalam perjalanannya.
    • Hukum Musa:
      • Imamat 27:30-34: Hukum Musa menetapkan bahwa semua perpuluhan dari tanah, baik dari benih tanah maupun dari buah pohon, adalah milik Tuhan.
      • Bilangan 18:21-24: Perpuluhan diberikan kepada suku Lewi sebagai upah atas pekerjaan mereka dalam Kemah Pertemuan, karena mereka tidak mendapatkan bagian warisan tanah seperti suku-suku lainnya.
      • Ulangan 14:22-29: Setiap tahun, orang Israel harus membawa perpuluhan mereka ke tempat yang dipilih Tuhan untuk membuat mereka bersukacita di hadapan-Nya. Setiap tiga tahun, perpuluhan harus disimpan di kota mereka untuk orang Lewi, orang asing, yatim piatu, dan janda agar mereka kenyang.
  2. Perjanjian Baru:

    • Yesus dan Perpuluhan:
      • Matius 23:23; Lukas 11:42: Yesus mengkritik orang Farisi yang sangat teliti dalam memberikan perpuluhan tetapi mengabaikan hal-hal yang lebih penting seperti keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Dia tidak menolak perpuluhan, tetapi menekankan bahwa itu harus disertai dengan sifat-sifat yang lebih utama.
    • Gereja Mula-Mula:
      • 1 Korintus 9:13-14: Paulus membandingkan pendukung gereja dengan para imam yang menerima bagian dari persembahan dan perpuluhan, menekankan bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari Injil. Namun, perpuluhan tidak diatur secara eksplisit dalam Perjanjian Baru seperti dalam Perjanjian Lama.

Konteks dan Latar Belakang

  • Budaya dan Ekonomi:

    • Dalam konteks Israel kuno, perpuluhan adalah bagian dari sistem ekonomi dan keagamaan yang mendukung pemeliharaan Bait Allah, para imam, dan orang miskin.
    • Perpuluhan mencerminkan tanggung jawab sosial dan komitmen agama komunitas Israel terhadap pemeliharaan rumah ibadah dan kesejahteraan mereka yang melayani Tuhan.
  • Peran Keagamaan:

    • Perpuluhan dilihat sebagai tindakan penyembahan dan ketaatan kepada Allah, mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya dan mempercayakan kembali kepada-Nya sebagian dari berkat yang diterima.
  • Transformasi dalam Kekristenan:

    • Dalam Perjanjian Baru, prinsip memberi diilhami oleh kasih dan kemurahan hati yang diteladankan oleh Yesus Kristus. Memberi tidak dibatasi oleh sepersepuluh, tetapi berdasarkan kasih dan keinginan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan sesama.
    • 2 Korintus 9:6-7: Paulus mendorong jemaat untuk memberi dengan sukacita dan tanpa paksaan, menekankan bahwa Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Praktik perpuluhan dalam Alkitab mencerminkan komitmen terhadap Allah dan komunitas iman. Meski diatur dengan ketat dalam Perjanjian Lama, prinsip memberi dalam Perjanjian Baru lebih fleksibel, menekankan kasih, kemurahan hati, dan kebebasan dalam memberi. Perpuluhan tetap menjadi salah satu cara orang Kristen mendukung gereja dan pelayanan, tetapi bukan satu-satunya cara atau kewajiban yang mutlak.

Perpuluhan dalam pandangan Yahudi

Perpuluhan dalam pandangan Yahudi (dikenal sebagai "Ma'aser" dalam bahasa Ibrani) memiliki akar yang mendalam dalam tradisi dan hukum Yahudi. Praktik ini berakar dalam Taurat (lima kitab pertama dari Alkitab Ibrani) dan memiliki berbagai interpretasi dan aplikasi sepanjang sejarah Yahudi. Berikut adalah penjelasan tentang sejarah, konteks, dan latar belakang perpuluhan dalam pandangan Yahudi:

Sejarah Perpuluhan dalam Yudaisme

  1. Periode Alkitab:

    • Taurat (Hukum Musa):
      • Kejadian 14:18-20: Abram (kemudian Abraham) memberikan sepersepuluh dari hasil rampasannya kepada Melkisedek, raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi. Ini adalah salah satu contoh awal dari praktik memberi sepersepuluh.
      • Imamat 27:30-34: Perpuluhan dari hasil tanah dan pohon ditetapkan sebagai milik Tuhan.
      • Bilangan 18:21-24: Suku Lewi, yang tidak menerima bagian tanah seperti suku-suku lainnya, menerima perpuluhan dari orang Israel sebagai upah atas pelayanan mereka di Kemah Pertemuan.
      • Ulangan 14:22-29: Orang Israel diperintahkan untuk membawa perpuluhan mereka ke tempat yang dipilih Tuhan setiap tahun dan setiap tiga tahun perpuluhan harus disimpan di kota mereka untuk orang Lewi, orang asing, yatim piatu, dan janda.
  2. Periode Kedua Bait Suci:

    • Setelah orang Israel kembali dari pembuangan Babel, perpuluhan diatur kembali sebagai bagian dari restorasi kehidupan keagamaan mereka.
    • Nehemia 10:37-38: Orang Israel berjanji untuk membawa perpuluhan ke rumah Allah dan memberikannya kepada para imam dan orang Lewi.
  3. Periode Talmud:

    • Dalam literatur Rabinik, praktik perpuluhan dijelaskan lebih rinci dan diperdebatkan.
    • Mishnah dan Talmud: Perpuluhan dari hasil pertanian (Ma'aser Rishon) diberikan kepada orang Lewi. Ada juga perpuluhan kedua (Ma'aser Sheni) yang dikonsumsi oleh pemiliknya di Yerusalem dan perpuluhan bagi orang miskin (Ma'aser Ani) setiap tiga tahun.

Konteks dan Latar Belakang Perpuluhan dalam Yudaisme

  1. Konteks Keagamaan:

    • Perpuluhan adalah bagian dari sistem hukum dan ritual Yahudi yang lebih luas. Itu adalah bentuk pengakuan atas kedaulatan Allah atas segala sesuatu dan sebagai tindakan ketaatan dan ibadah.
    • Perpuluhan juga terkait dengan pemeliharaan Bait Suci, para imam, dan orang Lewi yang melayani dalam kapasitas keagamaan.
  2. Konteks Sosial:

    • Selain untuk mendukung pelayanan keagamaan, perpuluhan juga memiliki fungsi sosial yang penting. Perpuluhan setiap tiga tahun (Ma'aser Ani) ditujukan untuk mendukung orang-orang miskin, termasuk orang asing, yatim piatu, dan janda.
  3. Praktik Perpuluhan dalam Kehidupan Sehari-hari:

    • Dalam kehidupan Yahudi sehari-hari, perpuluhan dari produk pertanian dilakukan sebagai bentuk ketaatan terhadap hukum Yahudi. Beberapa komunitas Yahudi juga mempraktikkan perpuluhan dari pendapatan (Ma'aser Kesafim) untuk tujuan amal dan mendukung kegiatan keagamaan.
  4. Transformasi dan Interpretasi:

    • Seiring berjalannya waktu dan diaspora Yahudi, interpretasi dan penerapan perpuluhan mengalami perubahan. Dalam beberapa komunitas, perpuluhan dari pendapatan diadopsi sebagai bentuk modern dari praktik kuno ini.
    • Literatur rabinik memberikan berbagai panduan tentang cara menghitung dan mendistribusikan perpuluhan, menekankan pentingnya ketaatan dan kemurahan hati dalam memberi.

Perpuluhan dalam pandangan Yahudi adalah praktik yang sangat terstruktur dan diatur dalam hukum Yahudi. Ini adalah tindakan ibadah, ketaatan, dan tanggung jawab sosial. Melalui perpuluhan, komunitas Yahudi memelihara pemimpin keagamaan, mendukung rumah ibadah, dan memperhatikan kebutuhan sosial komunitas. Meskipun praktik ini berakar dalam tradisi kuno, nilai-nilai yang mendasarinya tetap relevan dalam kehidupan Yahudi hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makna dan istilah Pertobatan

Dalam Alkitab, pertobatan memiliki beberapa istilah dengan nuansa makna yang berbeda. Berikut adalah beberapa istilah utama yang digunakan: ...